Maman Sulaeman: Pengembang Aplikasi Belajar, Menjadi Pijar Saat Pandemi Menjalar
“Education
is an ornament in prosperity and refuge in adversity”
“Pendidikan
adalah perhiasan dalam kemakmuran dan tempat bernaung dalam kesengsaraan”
-Aristoteles (Filsuf Yunani)-
Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Kualitas Pendidikan Indonesia
Kualitas pendidikan
suatu bangsa sering kali dihubungkan dengan tingkat kesejahteraan. Lihat saja
negara Singapura, sebuah negara dengan luas wilayah hanya 0,03% dari Indonesia
atau sedikit lebih besar dari luas wilayah Jakarta, namun menjadi salah satu
negara paling maju di dunia. Singapura mengandalkan sektor industri dan jasa
yang ditopang dengan sumber daya manusia yang unggul dan terampil. Dilansir
dari laman Sekretariat Nasional ASEAN-Indonesia, Singapura menempati ranking ke-21
dari 73 negara dalam jajaran negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia
pada tahun 2021, sekaligus menjadi yang terbaik di Asia Tenggara. Salah satu
kunci keberhasilan kualitas pendidikan di Singapura adalah kualitas pengajar
dan infrastruktur yang memadai, seperti penguasaan bahasa asing dan pemanfaatan
teknologi.
Lantas,
bagaimana dengan Indonesia? Berkaca dari pemeringkatan World Top 20
Education Poll (dipublikasikan pada laman worldtop20.org), Indonesia
menempati ranking ke-67 dari 203 negara. Hal ini diperparah ketika Pandemi
COVID-19 melanda. Wakil Sekretaris Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI)
Satriwan Salim mengatakan bahwa pandemi berdampak pada penurunan kualitas
pendidikan Indonesia. Banyak faktor yang
menjadi sebab, di antaranya pengurangan materi pembelajaran ketika proses
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) berlangsung dan belum meratanya akses teknologi.
Pengurangan materi pembelajaran dilakukan dengan cara memadatkan materi yang
disampaikan sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam
Masa Darurat Penyebaran Covid-19. Tidak meratanya jaringan internet di Indonesia pun menjadi momok utama, khususnya bagi guru dan siswa yang berada di area blankspot
atau area dengan jaringan internet yang tidak memadai. Apalagi masih
terdapat 12.548 desa dan kelurahan yang belum mendapat layanan internet,
khususnya desa atau kelurahan yang terdapat di wilayat 3T (tertinggal, terdepan,
dan terluar).
Semangat Maman Mengoptimalkan Pembelajaran Kala Pandemi COVID-19
Maman Sulaeman Sumber: Tangkapan Layar Youtube WPiTV Official |
Keterbatasan
yang terjadi saat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di masa pandemi
juga dirasakan oleh Maman Sulaeman dan murid-muridnya. Maman merupakan seorang guru
di SMK Gondang Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan. Pria kelahiran Pekalongan ini
mengampu mata pelajaran teknik komputer, desain grafis dan menginisiasi
pembuatan aplikasi pembelajaran dan ujian tanpa sinyal, tanpa kertas, dan tanpa
kuota. Aplikasi ini dikembangkan dan diujicobakan pada saat Pandemi COVID-19 merebak.
Saat itu, pihak sekolah sempat kesulitan menyelenggarakan ujian serentak karena
adanya pembatasan mobilitas akibat pandemi dan kualitas internet yang kurang
baik di beberapa daerah tempat tinggal siswa. Namun, berkat kegigihan Pak
Maman, kesulitan-kesulitan yang dihadapi terutama yang berhubungan dengan keterbatasan
kemampuan server saat diakses secara bersamaan, kemudian kualitas sinyal
internet dan keterbatasan para siswa dalam membeli kuota internet, akhirnya dapat
teratasi. Berawal dari keluhan murid-muridnya dan keterbatasan infrastruktur di
sekolah, Pak Maman mengembangkan aplikasi ujian yag bernama TMF atau TCExam
Mobile Friendly yang sudah mulai dirancang pada pertengahan tahun 2020.
Maman Sulaeman
merupakan sosok yang gigih dan pantang menyerah. Kemampuannya mengembangkan
aplikasi tidaklah datang secara tiba-tiba. Pria lulusan SMKN 1 Kedungwuni ini
merupakan lulusan Jurusan Teknik Kendaraan Ringan (Otomotif) kala itu. Maman mulai
tertarik dengan dunia IT setelah membaca majalah tentang komputer yang dijual
oleh orang tuanya. Sekitar tahun 2000-an, Maman mulai gemar menggunakan
komputer setiap harinya, selama 2-3 jam per hari di tempat rental komputer
terdekat. Mulai dari situ, minat Maman terhadap komputer dan dunia IT mulai
tumbuh. Ia mulai mengaplikasikan ilmu terkait penggunaan komputer yang sudah Ia
baca, bahkan merasa lebih tertantang mendalaminya secara lebih serius. Setelah
lulus SMK, Maman mengikuti dan lulus seleksi untuk mendapatkan beasiswa Diploma
I Jarak Jauh EDC Malang dari pemerintah. Ia berkuliah secara offline di
SMKN 2 Pekalongan. Setelah itu Maman mengikuti seleksi untuk berkuliah D-III yang
diadakan oleh Jaringan Pendidikan Nasional (Jardiknas) dan behasil kuliah di STMIK
Widya Pratama dengan jurusan Manajemen Informatika. Tahun 2009, Maman melanjutkan
kuliah S-1 di kampus yang sama dan lulus pada tahun 2011.
Aplikasi Ujian Tanpa Sinyal dan Tanpa Server (TCExam Mobile Friendly)
Aplikasi ujian
tanpa sinyal, tanpa server buatan Maman merupakan pengembangan dari aplikasi open
souce yang bernama TC Exam. Ia memodifikasi aplikasi ini dan
menyesuaikannya dengan kondisi dan kebutuhan di sekolahnya saat itu. Maman
mengubah konsep ujian berbasis online berbentuk file html yang
memerlukan paket data internet menjadi aplikasi yang dapat dilakukan secara
luring, dengan cara membagikan soal berbentuk dokumen melalui file sharing
via chat Whatsapp, bluetooth atau kabel data. Pada akhir
tahun 2020, aplikasi ujian buatan Maman diujicobakan kepada siswa yang
mengalami kendala sinyal jelek atau tidak memiliki kuota internet. Aplikasi
ujian tanpa sinyal dan tanpa server ini merupakan mode darurat yang digunakan
saat terjadi kendala sinyal atau pun gagal login. Pada Mei 2021,
aplikasi ini diujicobakan pada semua siswa. Kurang lebih satu tahun, aplikasi
ini akhirnya dapat digunakan secara matang. Perjuangan Maman menyempurnakan
aplikasi ini dilakukan dengan terus belajar dan berbagi ilmu dengan rekan-rekan
programmer melalui internet.
Tak mau karyanya
hanya bermanfaat untuk sekolahnya saja, Maman juga membagi pakai aplikasi ini
kepada sekolah-sekolah lain yang menghadapi masalah serupa. Sekurang-kurangnya
sudah ada 600 user yang mewakili tiap-tiap sekolah yang sudah
memanfaatkan aplikasi ini. Mereka tergabung dalam akun telegram milik Maman yang
khusus membahas tentang aplikasi TMF.
Penggunaan Aplikasi Ujian Tanpa Sinyal dan Server Sumber: IDNTimes |
Sebelum aplikasi ujian ini dibuat, pada tahun 2019 Maman sempat mengembangkan aplikasi ujian bernama Go UNBK, dengan jumlah sebanyak kurang lebih seribu pengguna yang tersebar di seluruh Indonesia. Melalui jaringan komunikasi yang sudah ada, Maman kemudian mempromosikan aplikasi ujian mode darurat ini kepada pengguna aplikasi Go UNBK secara gratis.
“Saya
gelisah karena selama pandemi dan pembelajaran daring banyak kendala yang
dihadapi siswa dan sekolah. Ada siswa yang tidak bisa membeli kuota data
internet, ada yang terkendala sinyal karena rumahnya di daerah pegunungan atau
dekat pembangunan sutet. Belum lagi keterbatasan server milik sekolah”
Awalnya Maman
membuat aplikasi ini untuk pelaksanaan ujian berbasis komputer. Namun, setelah
pandemi merebak, Maman mulai mengembangkan aplikasi ini untuk dapat digunakan
sebagai alat bantu ketika ujian semester yang harus dlakukan secara luring.
Aplikasi TMFCBT
for AKM mulai diuji coba pada tahun 2020 tanpa penambahan dana untuk
peningkatan kapasitas server-nya. Pria kelahiran Pekalongan, 7 Juni 1986
ini menyebutkan bahwa kuota data hanya dibutuhkan pada saat transfer soal
melalui aplikasi Whatsapp atau bisa juga menggunakan bluetooth. Proses
pengerjaan dan submit jawaban dilakukan tanpa kuota data internet dan
sinyal.
Penghargaan Satu Indonesia Untuk Pahlawan Kala Pandemi, Maman Sulaeman
Sumbangsih Maman
Sulaeman melalui pembuatan Aplikasi Penilaian Belajar Mode Darurat ‘Tanpa
Sinyal, Tanpa Server’ telah membantu civitas tempat Maman bekerja dalam
menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar di masa Pandemi COVID-19. Tak
berhenti di situ, pemanfaatan aplikasi buatan Maman ini terus berkembang dan
dimanfaatkan oleh lebih dari enam belas sekolah dari sembilan provinsi di
Indonesia. Maman membagikan informasi perihal aplikasi ini melalui laman
facebook dan grup telegram yang Ia buat. Terhitung sudah 4.671 peserta ujian
dan 464 pengguna telegram yang terdaftar dalam grup tersebut.
Maman merupakan satu dari beberapa orang penerima penghargaan Satu Indonesia. Berkat semangat, dedikasi dan inovasinya dalam menghadapi keterbatasan mobilitas akibat pandemi silam, Maman berhasil menginspirasi banyak pihak untuk tetap berjuang dan memberikan yang terbaik walaupun dalam kondisi serba terbatas. Maman sukses memenangkan penghargaan dalam kategori Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi COVID-19 pada tahun 2021, mengalahkan 13.148 pendaftar lainnya. Pada tahun 2020, Maman sempat mengikuti seleksi Satu Indonesia Award dengan mengikutsertakan aplikasi Go UNBK namun belum lolos sampai tahap akhir. Maman menyebut bahwa tujuannya mengikuti penghargaan ini adalah untuk mengukur seberapa jauh karyanya dapat diterima masyarakat sekaligus memberi motivasi kepada murid-muridnya agar mampu berkarya walau berada dalam kondisi serba terbatas. Maman mengungkapkan bahwa Ia tidak memiliki laptop pribadi, dan menggunakan laptop pinjaman dari sekolah untuk mengembangkan aplikasi.
“Apapun kendala yang kita hadapi, asalkan ada kemauan dan minat, kita pasti mengusahakannya sebaik mungkin, sekeras mungkin”
Penghargaan Satu
Indonesia merupakan apresiasi dari PT Astra Internasional Tbk. bagi anak bangsa
yang telah menciptakan inovasi dan karya yang berguna bagi kemajuan bangsa dan
negara. Terdapat lima bidang yang menjadi fokus dalam penghargaan ini yaitu
kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi. Penghargaan
ini menjadi bentuk kepedulian PT Astra Internasional Tbk. kepada anak muda,
kelompok yang memiliki inisiatif dalam melakukan perubahan serta membagikannya
dengan masyarakat di sekitarnya.
Perjuangan Maman
dalam mencari solusi pembelajaran di kala pandemi telah meyakinkan para juri
untuk memberikan penghargaan Satu Indonesia. Tidak hanya berguna bagi tempat Maman bekerja,
aplikasi yang Ia buat juga dibagikan secara luas dan gratis kepada sekolah lain
yang membutuhkan. Link pengunduhan aplikasi tersedia pada di media sosial.
Setidaknya terdapat 22 sekolah di Indonesia yang sudah memanfaatkannya, baik
dari sekolah di Pulau Jawa, maupun dari sekolah di Sumatera, Nusa Tenggara,
Kalimantan dan Sulawesi.
“Saya bagikan
aplikasi tanpa sinyal dan tanpa server ini kepada sekolah manapun yang
membutuhkan …”
Maman berharap
agar aplikasi yang Ia buat dapat digunakan secara lebih luas oleh sekolah di
seluruh Indonesia khususnya sekolah-sekolah yang memiliki permasalahan yang
sama yaitu keterbatasan infrastruktur dan sinyal internet. Maman berpesan,
dalami ilmu agama yang mengajarkan kebaikan sehingga kebaikan akan menghasilkan
perbuatan positif yang membawa nasib baik. Pelajari bahasa asing agar kita
dapat cepat beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
Daftar
Pustaka
PODCAST EPS 38
Berinovasi Menciptakan Aplikasi, https://youtu.be/KL-Ks1VoOHI?si=UZSegzoFfFgVr9Dx
https://jateng.idntimes.com/news/jateng/anggun-puspitoningrum-1/maman-permudah-belajar-siswa-dengan-aplikasi-tanpa-sinyal-tanpa-server
https://www.smkn1-wonorejo.sch.id/read/8/dampak-pandemi-covid-19-terjadi-penurunan-kualitas-pendidikan-indonesia
https://setnasasean.id/news/read/5-negara-asean-dengan-sistem-pendidikan-terbaik-tahun-2021-ri-termasuk
Posting Komentar untuk "Maman Sulaeman: Pengembang Aplikasi Belajar, Menjadi Pijar Saat Pandemi Menjalar "
Terima kasih sudah berkunjung