Kisah Inspiratif Penghafal Al Qur'an
Oleh : Faisal Azhar
Perkenalkan nama saya adalah Faisal Azhar Mahasiswa IT Telkom yang
menjadi salah satu penghuni Masjid Kampus, Syamsul ‘Ulum nama Masjidnya.
Kami sangat bangga menjadi penghuni masjid. Kami biasa di panggil
sebagai kuncen masjid, marbot masjid, sampai-sampai ada teman yang
menyeletup memanggil kita sebagai “James Bond” keren kan? Pasti,
apalagi kalau tau itu adalah singkatan dari Jaga Mesjid dan Kebon hahaha
luar biasa. Sehari-hari kami bangun di awal shubuh, selepas shubuh
melakukan program hafalan, tahsin Al Qur’an, English Day, Olahraga
bersama, dan juga melaksanakan program Kabar yaitu program Kerja Bakti
Akbar membersihkan Masjid Syamsul ‘Ulum (MSU). Kebahagian ini bagaikan
tinggal di komplek pesantren Teknologi, walau dari sebagian besar
penghuni tidak pernah merasakan pendidikan pesantren. namun di sini kami
bagaikan tinggal dikeluarga pondok yang menjunjung tinggi nilai Agama
Islam yang sangat indah. Tidak jarang kegiatan kampus kami pun menjadi
topik-topik hangat pembicaraan selepas syuro dan kumpul rutin di MSU,
ruang berkumpul kita atau biasa disebut sebagai kamar besar menjadi
tempat menyenangkan untuk sejenak mereganggkan urat selepas kuliah.
Kamar ini pun menjadi tempat master komputer menyelesaikan tugas
kodingan bahasa program baik itu C++, Java, php, dan oracle hingga
ruangan perakitan robot line follower, dan papan-papan PCB, Subhanalloh bisa dibayangkan integritas ketika ilmu agama digabungkan dengan teknologi pasti menjadi masterpeace yang menggagumkan.
Sebagai mahasiswa tingkat akhir, rutinitas dan ritual perkuliah pun
sedikit melonggar sedangkan agenda skripsi menjadi momok yang menakutkan
bagi kebanyakan mahasiswa, begitu juga bagi saya. Tapi ya tidak mau
terlalu ambil pusing dengan masalah itu saya pun mulai bergerak mencari
bahan. Dan Program Kerja Lapangan (PKL) menjadi jalan keluarnya.
Alhamdulillah dengan waktu yang tidak terlalu lama saya akhirnya
diterima di salah satu kantor Telekomunikasi BUMN di daerah Jawa Barat.
Kantor yang memiliki luas hampi 10 ha ini pun sesekali saya kelilingi
menaiki sepeda kesayangan saya, sepeda ini sengaja saya bawa dari tempat
tinggal saya di MSU. Waah 30 menit berkeliling kantor, saya menemukan
bangunan yang membuat saya rindu kampus.
Bangunan itu adalah Masjid, Masjdi Al Azhar namanya. Kantor ini
memiliki masjid yang sederhana namun astri dan sangat indah. Oke tidak
mau berlama-lama saya sandarkan sepeda ke batang pohon di sebelah kanan
masjid lalu saya kegirangan menuju ke tempat wudhu. Wussshh airnya
sangat segar dan jernih, selepas wudhu saya tunaikan solat dhuha dan
tilawah beberapa halaman, Alhamdulillah gumam saya. Tiga puluh menit
rehat di masjid membuat saya merasa ingin berjalan mengelilingi masjid
hingga akhirnya di salah satu pojok bagian belakang masjid saya bertemu
dengan lelaki nan tampan bernama Hanif Rasyid. Beliau sedang duduk
sambil memandang kiri dan kanan seperti orang yang mencari sesuatu.
Langsung saja saya datangi dan berkata “Assalamualaikum, mencari siapa
kang?” , ternyata kang Rasyid sedang mancari teman “James Bond” yang
tinggal di Masjid Al Azhar, langsung saja saya ke ruangan Operator
masjid dan ternyata tidak ada orang. “Kang Rasyid tidak ada orang di
masjid, kira-kira apa yang bisa saya bantu?” kata saya. Ternyata kang
Rasyid ingin di bantu ke toilet, nah loh saya langsung kaget bercampur
ngeri kenapa harus di bantu ya?, akhirnya saya tanya “kenapa kang dengan
toiletnya?”. Kang Rasyid menjawab “Gak ada yang salah kang dengan
toiletnya, tapi ini kaki saya....” sambil menunjukkan kakinya. Allahu
Akbar saya merasa bersalah menanyakan tentang hal itu, ternyata kaki
kang Rasyid sudah di amputasi salah satunya. Tidak memperpanjang pertanyaan
dengan sigap saya gendong kang Rasyid dan saya tunggu diluar toilet.
Setelah selesai kang Rasyid mengucapkan terima kasih. Masih dengan rasa
penasaran saya pun menjawab “Iya kang sama-sama, oh ya punten akang teh
kenapa sendirian saja di Masjid?” saya mulai bertanya. Ternyata kang
Rasyid sedang memuraja’ah hafalannya, Alhamdulillah ternyata kang Rasyid
telah selesai dan hafal 30 juz. Jleeb waduh saya jadi merasa minder
sendiri, bagaimana tidak dengan keadaan saya yang sehat jasmani dan
sama-sama “James Bond” kenapa semangatnya kalah dengan kang Rasyid,
MasyaAllah.
Selanjutnya saya menanyakan niat dan alasan apa yang menjadi penguat
kang Rasyid untuk menghafal Al Qur’an, saya semakin merinding ketika
mendengar ceritanya. Kang Rasyid bercerita ketika dilahirkan kang Rasyid
sebenarnya sehat jasmani hingga suatu saat kang Rasyid mengalami
kecelakaan tertimpa kursi ketika masih berusia 2 tahun, kursi itu
menimpa kakinya hingga akhirnya kaki itu pun harus di amputasi karena
mengalami pendarahan dalam yang serius. Semenjak itu kang Rasyid menjadi
tidak dapat berjalan dengan normal. Namun Ibu kang Rasyid yang bernama
Ibu Siti Amas selalu menjadi sosok penyemangat bagi kehidupan kang
Rasyid , Ibu Amas yang telah ditinggal wafat suaminya selalu berusaha
memberikan yang terbaik untuk anaknya. Kecintaan dan kesabaran Bu Amas
menjadi obat penawar untuk semua rasa kekecewaan yang selalu menyelimuti
hati dan perasaannya. Rasa cinta terhadap Bu Amas pun selalu ingin di
balas dengan sesuatu hal yang pasti bisa membuat Bu Amas senang. Hingga
suatu saat kang Rasyid memiliki keinginan menaikkan haji atau umroh
ibunya. Berangkat ke tanah suci bertamu kerumah Allah SWT, berdo'a
kepada untuk keselamatan dunia akhirat Kang Rasyid, orangtua, dan
keluarganya. Walau belum tau bagaimana cara mengumpulkan uang yang
terbilang besar tersebut, tapi kang Rasyid yakin bahwa ketika dia
berusaha insyaaAllah akan ada jalannya. Apalagi sekarang banyak diadakan
lomba-lomba yang di adakan di internet berhadiah lumayan besar dan bisa
dikumpulkan untuk tiket perjalanan Kang Rasyid dan Bu Amas ke Mekkah.
Namun, ya Rabb sungguh manusia hanya bisa merencanakan, dalam suatu
perjalanan pulang ibu kang Rasyid dari pasar, motor yang diibawa ibu
Kang Rasyid tidak sengaja bersenggolan dengan angkutan umum yang
ugal-ugalan dijalan. Angkutan Umum tersebut membuat ibu Amas terjatuh
dan kepalanya terbentur ke jalan, aternyata Allah memiliki takdir lain,
sebulan dari niatan itu Ibu Kang Rasyid di panggil Allah SWT, terpukul
dan sangat merasa ketidakadilan Allah menyelimuti perasaan kang Rasyid.
Semua yang dirasa berharga dengan seenaknya Allah ambil dari sisinya.
Sempat ada niatan untuk bunuh diri namun tindakan itu dicegah warga yang
tidak sengaja melihat kang Rasyid sedang mengiris urat nadi tangannya.
Sebulan berlalu dengan kehampaan, Kang Rasyid yang hidup semata wayang merasa tidak memiliki arti hidup. Rasa putus asa selalu menjadi rutinitas setiap hari hingga terkadang Kang Rasyid berbicara sendiri. Hingga suatu hari Kang Rasyid tidak sengaja mendengarkan tausyiah Ustad di salah satu televisi Swasta. Ustad itu berkata bahwa Anak yang soleh adalah investasi berharga yang amalnya akan diterima oleh orang tua yang sudah tiada. Salah satu amalan yang dapat membanggakan orang tua, yang mana nanti akan dikenakan jubah dan mahkota yang bercahaya adalah anak yang hafal Al Qur’an. Subhanalloh hidayah Allah memang tidak disangka-sangka jalannya. Kang Rasyid pun bergegas memulai hafalan Al Qur’an karena Allah Ta’ala. Di tambah rasa cinta dan sayang yang teramat besar kepada Ibu Amas, semangat Kang Rasyid tumbuh mencari ridho Ilahi, rasa putus asa diganti menjadi rasa optimis, kehampaan di isi dengan tilawah, dan rasa gundah gulana pun dilumat dengan rajin bermuroja'ah. Dengan kondisi yang tidak dapat berjalan secara leluasa, ternyata menjadi cara Allah SWT membuat Kang Rasyid dapat berkonsentrasi dalam menghafal di dalam masjid, dari pagi hingga paginya, dari malam sampai malam berikutnya Kang Rasyid habiskan untuk menghafal Al Qur’an. Amalan sunnah sehari-hari yang dilakukan kang Rasyid adalah Puasa Daud, Solat Qiyamul Lail, dan berinfak dengan harta yang ia miliki. Alhamdulillah, berkat kesungguhan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT kang Rasyid mampu menyelesaikan hafalan Al Qur’annya selama 8 bulan 18 hari. Hafalan tersebut di setorkan pada pondok pesantren salah satu Ustad dikawasan Jakarta. Selesai menyetorkan hafalan tersebut, pimpinan pondok pesantren mengobrol dengan kang Rasyid. Menanyakan latar belakang dan kakinya yang diamputasi. Mendengar cerita tersebut sang Ustad menangis, Ustad tersebut malu dan meminta kang Rasyid mengisi kajian motivasi bagi murid-muridnya. Tidak sampai disitu, Ustad yang mengetahui Kang Rasyid bermimpi ke Mekkah langsung menjual motor kesayangan miliknya dan menghadiahkannya untuk Kang Rasyid berangkat Umroh. Subhanalloh.
Sebulan berlalu dengan kehampaan, Kang Rasyid yang hidup semata wayang merasa tidak memiliki arti hidup. Rasa putus asa selalu menjadi rutinitas setiap hari hingga terkadang Kang Rasyid berbicara sendiri. Hingga suatu hari Kang Rasyid tidak sengaja mendengarkan tausyiah Ustad di salah satu televisi Swasta. Ustad itu berkata bahwa Anak yang soleh adalah investasi berharga yang amalnya akan diterima oleh orang tua yang sudah tiada. Salah satu amalan yang dapat membanggakan orang tua, yang mana nanti akan dikenakan jubah dan mahkota yang bercahaya adalah anak yang hafal Al Qur’an. Subhanalloh hidayah Allah memang tidak disangka-sangka jalannya. Kang Rasyid pun bergegas memulai hafalan Al Qur’an karena Allah Ta’ala. Di tambah rasa cinta dan sayang yang teramat besar kepada Ibu Amas, semangat Kang Rasyid tumbuh mencari ridho Ilahi, rasa putus asa diganti menjadi rasa optimis, kehampaan di isi dengan tilawah, dan rasa gundah gulana pun dilumat dengan rajin bermuroja'ah. Dengan kondisi yang tidak dapat berjalan secara leluasa, ternyata menjadi cara Allah SWT membuat Kang Rasyid dapat berkonsentrasi dalam menghafal di dalam masjid, dari pagi hingga paginya, dari malam sampai malam berikutnya Kang Rasyid habiskan untuk menghafal Al Qur’an. Amalan sunnah sehari-hari yang dilakukan kang Rasyid adalah Puasa Daud, Solat Qiyamul Lail, dan berinfak dengan harta yang ia miliki. Alhamdulillah, berkat kesungguhan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT kang Rasyid mampu menyelesaikan hafalan Al Qur’annya selama 8 bulan 18 hari. Hafalan tersebut di setorkan pada pondok pesantren salah satu Ustad dikawasan Jakarta. Selesai menyetorkan hafalan tersebut, pimpinan pondok pesantren mengobrol dengan kang Rasyid. Menanyakan latar belakang dan kakinya yang diamputasi. Mendengar cerita tersebut sang Ustad menangis, Ustad tersebut malu dan meminta kang Rasyid mengisi kajian motivasi bagi murid-muridnya. Tidak sampai disitu, Ustad yang mengetahui Kang Rasyid bermimpi ke Mekkah langsung menjual motor kesayangan miliknya dan menghadiahkannya untuk Kang Rasyid berangkat Umroh. Subhanalloh.
Allahu Akbar, bagaimana dengan kita yang nyata-nyatanya sehat jasmani
dan rohani. Jangan sekali-kali memyepelekan orang yang tidak elok dimata
padahal disisi Allah dialah hamba yang sangat di sayangi. Bersyukur
dengan apa yang telah Allah berikan dan semoga itu semua bisa menjadi
jalan untuk berbuat kebaikan kepada manusia dan beribadah kepada Allah
SWT. Semoga kita bisa menjadi penghafal Al Qur'an dengan bagaimanapun
keadaan kehidupan yang kita jalani. Bersyukur kepada Allah, dan sayangi
kedua orangtua. Karenanya lah kita memiliki sifat kesatria yang selalu
berjuang membela Agama.
Sumber :
http://www.speedytaqwa.com/untukindonesiaku/site/contest/detail/2032#.UMlAG6zArWt
Posting Komentar untuk "Kisah Inspiratif Penghafal Al Qur'an"
Terima kasih sudah berkunjung