SUKABUMI, The Next Tourism Destination Part 1
Sukabumi, The Next Tourism Destination
(Tempat Wisata di Sukabumi - Jawa Barat)
Sukabumi merupakan sebuah wilayah yang terdiri dari Kota/Kotamadya dan Kabupaten yang berada di bumi parahiyangan Jawa Barat. Disebut bumi parahiyangan karena wilayah ini memiliki tanah yang subur dan udara yang sejuk (bumi parahiyangan artinya tempat para dewa), sangat nyaman untuk dijadikan tempat tinggal atau tempat menenangkan diri. Walaupun terdengar indah, 'penampilan' Sukabumi tentu jauh berbeda keadaannya dengan tahun-tahun sebelumnya. Pabrik-pabrik, pusat perbelanjaan dan rumah-rumah penduduk mulai berdesak-desakan di beberapa titik. Udara pun mulai memanas dan tidak sesejuk dulu.
Tapi jangan bersedih hati dulu, Kabupaten Sukabumi yang merupakan Kabupaten terluas di Jawa Barat (bahkan Pulau Jawa dan Bali, CMIIW) memiliki tempat-tempat yang eksotis dan belum dikenal masyarakat luas, bahkan mungkin masyarakat Sukabumi itu sendiri. Beberapa tujuan wisata yang sudah cukup terkenal di Sukabumi diantaranya pantai Pelabuhan Ratu, Arung Jeram Sungai Citarik (sering diliput infotainment kalau artis yang berarung jeram), Javana Spa, Situ Gunung dan lain-lain.
Mengapa harus berwisata di Sukabumi?
As the close region from Jakarta, Sukabumi merupakan pilihan berikutnya selain berwisata ke Puncak di Bogor-Cianjur atau anyer di Banten. Jarak yang tidak terlalu jauh dari Jakarta menjadikan Sukabumi menjadi pilihan tepat untuk berwisata, menghabiskan liburan singkat akhir pekan atau liburan sekolah seperti saat ini. Perjalanan yang ditempuh pun tidak lama, sekitar 4-5 jam, tergantung tujuan wisatanya. Semakin ke arah selatan Sukabumi (arah Pelabuhan Ratu & Ujung Genteng), maka waktu tempuh pun akan bertambah.
Yang kedua, In here, You can get all you want (*syarat dan ketentuan berlaku, hehe...). Sukabumi merupakan tempat yang menyediakan tempat yang beraneka ragam, mulai dari wisata pendakian, pegunungan, pantai, petualangan (adrenaline rush) atau wisata kuliner. Gunung Salak dan Gunung Gede-Pangrango yang mengapit wilayah Sukabumi memberikan berkah tersendiri, yaitu melimpahnya air tanah dan mata air, terdapat danau-danau alami dan buatan serta air terjun. Salah satu wilayah asri dan nyaman di kaki gunung Gede adalah tempat wisata Salabintana, di Kota Sukabumi. Sedangkan wisata pantai berada di selatan Sukabumi, beberapa diantaranya yaitu pantai Palabuhan Ratu, Pantai Citepus dan Pantai Pangumbahan (Ujung Genteng). Bagi anda yang suka berpetualang, Cikidang dapat menjadi pilihan tepat. Disana terdapat arena berburu dan berarung jeram. Beberapa stasiun TV swasta pun pernah meliput wilayah Cikidang karena sejumlah artis sedang berlibur disana.
Yang ketiga adalah faktor budget. Dengan jarak yang dekat dari Jakarta, tentu budget untuk berwisata pun dapat ditekan. Dibanding berwisata ke luar Pulau Jawa atau bahkan berwisata di Jakarta/Bogor, biaya berwisata ke Sukabumi akan jauh lebih murah atau sebanding (beda-beda tipis lah). Kalau pun budgetnya sama dengan berwisata ke tempat-tempat di Jakarta atau Bogor, namun pengalaman menjelajah tempat wisata yang baru dikunjungi, di Sukabumi tentu lebih berkesan dibandingkan mengunjungi tempat itu-itu saja.
Selain itu, budaya urang Sunda yang ramah (umumnya) dan mudah bersahabat tentu menjadikan kita betah berlama-lama di bumi pasundan ini. Apalagi jika menemukan mojang-mojang priangan yang geulis-geulis, siapa tahu bisa menjadi jodoh, hehe...
Halangan yang mungkin terjadi ketika akan berwisata ke Sukabumi adalah masalah kemacetan lalu lintas. Namun hal ini akan dapat teratasi jika jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi), Sukabumi-Pelabuhan Ratu-Jampang, dan Sukabumi-Cianjur-Bandung selesai dibangun. Bahkan rencananya, di wilayah surade akan dibangun bandara perintis.
Sebetulnya saya ingin sekali mengulas semua tempat wisata yang cukup indah dan berkesan (versi cumi kriting tentunya), mengulas jarak tempuh, penginapan, biaya transport dan tips-tips lainnya. Namun karena keterbatasan info, hanya beberapa tempat wisata saja yang dapat saya jelaskan. Lagipula sudah banyak situs-situs yang lebih lengkap membahas tujuan wisata di Sukabumi baik situs milik pemerintah maupun independen masyarakat. Ulasan mengenai tempat-tempat wisata di bawah ini saya peroleh dari berbagai sumber (copas tepatnya), ditambah beberapa kisah dan pengalaman saya sendiri pada beberapa tempat wisata.
Sebetulnya saya ingin sekali mengulas semua tempat wisata yang cukup indah dan berkesan (versi cumi kriting tentunya), mengulas jarak tempuh, penginapan, biaya transport dan tips-tips lainnya. Namun karena keterbatasan info, hanya beberapa tempat wisata saja yang dapat saya jelaskan. Lagipula sudah banyak situs-situs yang lebih lengkap membahas tujuan wisata di Sukabumi baik situs milik pemerintah maupun independen masyarakat. Ulasan mengenai tempat-tempat wisata di bawah ini saya peroleh dari berbagai sumber (copas tepatnya), ditambah beberapa kisah dan pengalaman saya sendiri pada beberapa tempat wisata.
Wilayah Selatan Sukabumi :
1. Pantai Ujung Genteng, Minajaya dan Pangumbahan
1. Pantai Ujung Genteng, Minajaya dan Pangumbahan
Pantai Ujung Genteng terletak di Sukabumi Selatan – Jawa Barat. Perjalanan ke Pantai Ujung Genteng dapat ditempuh selama kurang lebih 3–4 jam dari kota Sukabumi menggunakan kendaraan pribadi. Jika ditempuh dari Jakarta, membutuhkan perjalanan darat sampai 9 jam. Namun, perjalanan yang melelahkan tersebut akan terbayar lunas dengan pengalaman unik di Ujung Genteng. Sebaiknya Anda yang akan berkunjung ke sana mempersiapkan diri dengan bensin ‘full tank’ karena jarang dijumpai tempat pengisian bahar bakar. Sebenarnya Pantai Ujung Genteng mirip dengan pantai-pantai lain yang terbentang di pantai selatan Pulau Jawa. Tapi Anda akan merasakan pengalaman yang berbeda ketika menikmati indah pantai menghampar dengan pasir putihnya. Pantai Ujung Genteng masih relatif sepi jika dibandingkan dengan pantai Pelabuhan Ratu. Dan biota-biota laut masih dapat dijumpai dengan mudah. Oleh karena itu, pantai di Ujung Genteng sering pula dijadikan area untuk penelitian biota laut.
Pantai Ujung Genteng via Pinterest |
Pantai menjadi nilai jual utama kawasan ini. Pasir putih dan koral-koralnya merupakan keindahan yang tak terbantahkan. Satu hal yang menarik, disini, Anda dapat menyaksikan matahari terbit dan tenggelam dari satu titik yang sama. Ini tidak dapat ditemukan di sembarang tempat. Jika sudah puas menikmati wisata pantai, Anda dapat bergerak ke Pangumbahan untuk melihat penyu bertelur, dilanjutkan dengan berpetualang ke Gua Lalay, atau menyembangi curug curug yang bertebaran di seputar kawasan Ujung Genteng.
Pantai Minajaya terletak di kecamatan surade tidak jauh dari wilayah Jampang Tengah. Pantainya berpasir putih dan banyak memiliki karang. Hamparan karang di pantai Minajaya bukan karang yg amburadul gak karuan. Hamparan karang datar membentang mulai dari bibir pantai hingga menjorok ke laut. Hamparan karang tersebut merupakan hamparan yang sangat luas. Jika diibaratkan, hamparan karang tersebut mirip lapangan golf yang hijau karena di atas karang yang selalu terkena pasang air laut tersebut ditumbuhi rumput laut yang subur.
Sungguh merupakan pemandangan yg luar biasa. Maka tidak heran jika pantai Minajaya disebut sebagai 'sabana in the sea'. Hal ini dimungkinkan karena bentangan karang tersebut tertutup oleh indahnya rumput laut. Jika ingin melihat rumput laut ini subur menghijau, datalanglah pada musim hujan karena hamparan karang tersebut akan terlihat lebih hijau.
Pantai Pangumbahan adalah sebuah pantai yang sangat menawan karena memiliki hamparan pasir putih yang halus dan lembut. Hal inilah yang membuat sejumlah penyu hijau (Chelonia mydas) mendatangi tempat ini untuk bertelur. Tingkat kehalusan pasir dan karakteristik ekosistem di Pangumbahan sangat cocok sebagai tempat bertelur Penyu hijau. Keberadaan penyu hijau di pantai Pangumbahan ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Sukabumi Selatan. Bahkan Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi menjadikan penyu hijau sebagai lambang daerah Kabupaten Sukabumi.
Pantai Pangumbahan |
Untuk menuju pantai Pangumbahan kita harus menyusuri garis pantai Ujung Genteng ke sebelah barat melewati pantai Cibuaya. Akses jalan yang ada masih jauh dari memadai karena kondisinya yang rusak. Akan tetapi hal ini cukup menyenangkan bagi wisatawan yang gemar ber-off road, apalagi jika ber-off road-nya pada malam hari. Untuk melihat penyu bertelur, kita harus mengunjungi tempat ini pada malam hari. Penyu hijau bertelur pada malam hari sekitar pukul 22.00 sampai pukul 02.00 dini hari. Untuk menyaksikan penyu hijau bertelur di pantai Pangumbahan kita harus menunggu di pos penjaga. Petugas pengintai akan memberitahukan kita bila penyu hijau sudah mendarat dan siap untuk bertelur. Setelah itu barulah kita menuju lokasi penyu bertelur dengan berjalan kaki menyusuri kelembutan pasir pantai Pangumbahan.
Setibanya kita di lokasi, petugas penjaga akan membuat lubang yang disediakan agar kita para pengunjung dapat melihat proses bertelurnya penyu hijau. Wisatawan yang ingin melihat penyu hijau bertelur harus menunggu sampai larut malam di pos penjagaan yang ada. Walaupun demikian hal ini tidak akan terasa menjemukan karena wisatawan dapat berjalan-jalan menikmati kelembutan pasir pantai Pangumbahan atau sekedar melihat-lihat anak-anak penyu (tukik) yang telah menetas.
Setibanya kita di lokasi, petugas penjaga akan membuat lubang yang disediakan agar kita para pengunjung dapat melihat proses bertelurnya penyu hijau. Wisatawan yang ingin melihat penyu hijau bertelur harus menunggu sampai larut malam di pos penjagaan yang ada. Walaupun demikian hal ini tidak akan terasa menjemukan karena wisatawan dapat berjalan-jalan menikmati kelembutan pasir pantai Pangumbahan atau sekedar melihat-lihat anak-anak penyu (tukik) yang telah menetas.
Alternatif lain untuk menunggu tibanya waktu bagi penyu bertelur adalah berkemah atau beristirahat di sejumlah villa yang terdapat di pantai Cibuaya. Hal ini pun cukup menyenangkan karena pantai Cibuaya memiliki panorama pantai yang indah serta suasana alam yang sejuk dan asri. Dari Cibuaya kita dapat menuju lokasi penyu bertelur dengan berkendara pada malam hari. Waktu yang diperlukan untuk menjumpai penyu yang sedang bertelur tidak dapat diperkirakan dengan pasti. Terkadang pada pukul 22.00 kita sudah dapat menemukan penyu yang bertelur disana dan sering pula sampai larut malam menjelang pagi baru ada penyu yang mendarat untuk bertelur.
2. Pantai Pelabuhan Ratu
Pantai Pelabuhan Ratu terletak kurang lebih 60 km arah selatan Kota Sukabumi. Pantai ini merupakan salah satu obyek wisata kebanggaan Pemerintah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Perjalanan menuju pantai Pelabuhan Ratu dapat ditempuh selama lebih-kurang 5 jam dari Jakarta. Obyek wisata ini cukup terkenal berkat panorama alamnya yang indah, udaranya yang sejuk, dan hamparan pasirnya yang luas. Pantai Pelabuhan ratu merupakan pantai teluk yang memiliki keindahan yang unik, yakni perpaduan antara pantai yang curam, pantai landai, karang terjal, hempasan ombak dan cagar alam. Di sekitar lingkungan pantai, para wisatawan dapat menikmati kehangatan tropis seraya menyaksikan ombak bergulung-gulung menghempas batu karang.
Keunikan dan keistimewaan Pantai Pelabuhan Ratu sesungguhnya tetap menjadi daya tarik yang tiada duanya bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Keindahan panorama alam perairan pinggiran Laut Selatan itu, berpadu dengan cerita mistik tentang seorang Ratu penguasa Laut Selatan. hal ini merupakan fenomena yang tidak dimiliki pantai-pantai lain di manapun juga. Sebagian besar para wisatawan lokal datang karena ada latar misteri, selain untuk menikmati keindahan alam dan Ombak tadi. Sedangkan untuk wisatawan mancanegara, mereka datang selain untuk menikmati keindahan pantai. Mereka juga tergelitik untuk menonton ritual unik yang kerap kali digelar para nelayan pelabuhan ratu.
Pantai Pelabuhan Ratu terletak kurang lebih 60 km arah selatan Kota Sukabumi. Pantai ini merupakan salah satu obyek wisata kebanggaan Pemerintah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Perjalanan menuju pantai Pelabuhan Ratu dapat ditempuh selama lebih-kurang 5 jam dari Jakarta. Obyek wisata ini cukup terkenal berkat panorama alamnya yang indah, udaranya yang sejuk, dan hamparan pasirnya yang luas. Pantai Pelabuhan ratu merupakan pantai teluk yang memiliki keindahan yang unik, yakni perpaduan antara pantai yang curam, pantai landai, karang terjal, hempasan ombak dan cagar alam. Di sekitar lingkungan pantai, para wisatawan dapat menikmati kehangatan tropis seraya menyaksikan ombak bergulung-gulung menghempas batu karang.
Keunikan dan keistimewaan Pantai Pelabuhan Ratu sesungguhnya tetap menjadi daya tarik yang tiada duanya bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Keindahan panorama alam perairan pinggiran Laut Selatan itu, berpadu dengan cerita mistik tentang seorang Ratu penguasa Laut Selatan. hal ini merupakan fenomena yang tidak dimiliki pantai-pantai lain di manapun juga. Sebagian besar para wisatawan lokal datang karena ada latar misteri, selain untuk menikmati keindahan alam dan Ombak tadi. Sedangkan untuk wisatawan mancanegara, mereka datang selain untuk menikmati keindahan pantai. Mereka juga tergelitik untuk menonton ritual unik yang kerap kali digelar para nelayan pelabuhan ratu.
Di beberapa bagian pantai kita bisa menemukan persawahan penduduk yang langsung berbatasan dengan garis laut, sebuah pemandangan yang unik dan menarik. Suara deburan ombak memecah di pantai menambah semarak suasana alam sekitar, ditambah rimbunnya hutan cagar alam di beberapa bagian di pinggiran pantai memberi keteduhan dan segarnya suasana pinggiran perairan ini. Selain untuk menikmati pemandangan alam pantai, banyak pengunjung ke sini khusus untuk mencicipi makanan khas lautnya yang bahan-bahannya merupakan hasil tangkapan para nelayan di pantai tersebut. Secara keseluruhan, sajian keindahan pantai mampu menghapus segala kepenatan yang melanda sepanjang perjalanan tadi.
Di samping keindahan alamnya, Pantai Pelabuhan Ratu juga terkenal dengan pesta laut, yaitu melarungkan kepala kerbau dan sesaji lainnya ke tengah laut (sekarang diganti dengan pelepasan tukik). Tradisi ini diselenggarakan oleh para nelayan setempat setiap tanggal 5 April setahun sekali. Tradisi ini merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas anugerah yang telah diberikan berupa hasil tangkapan ikan. Acara pesta laut ini biasanya disertai pula dengan berbagai kegiatan seperti bakti sosial, lomba-lomba, dan pementasan hiburan (wayang golek, dangdut, drumband, tari-tarian, dan lain-lain). Tradisi ini berlangsung selama 2 hari satu malam. Untuk mengikuti acara tersebut tidak dipungut biaya.
3. Surfing At Cimaja
Pantai Cimaja mempunyai panjang pantai sekitar 750 meter, terletak tidak jauh dari pantai Pelabuhan Ratu. Ombak di pantai ini mempunyai ketinggian sampai dengan 2 meter. Pantai yang terletak di wilayah selatan Sukabumi ini bisa digunakan baik oleh surfer pemula maupun yang sudah mahir, bisa dijangkau selama 15 menit dari Palabuhanratu dan berjarak sekitar 120 KM dari Jakarta.Pasirnya yang putih dan bebatuan yang terhampar di pinggir pantai menambah keindahan pantai dan menarik para turis untuk berkunjung kesana. Dengan hamparan batu yang tersebar di bibir pantai Cimaja, pantai ini pantas dijuluki Beach Without San.
Pantai Cimaja sudah bukan nama yang asing bagi para surfer. Cimaja kerap kali dikunjungi surfer lokal dan asing untuk berselancar. Tak salah jika Cimaja masuk dalam jajaran pantai yang memiliki ombak terbaik untuk surfing di Jawa Barat. Orang datang ke Cimaja, karena ombaknya yang bagus dan sangat cocok untuk Surfing. Keunikan pantai Cimaja adalah karakter ombaknya yang hampir menyamai ombak seperti di Bali.
Bentuk pengukuhan diri pantai Cimaja sebagai tempat Surfing di Jabar adalah dengan diselenggarakannya West Java Surfing Competition. Untuk pertama kalinya Pemprov Jawa Barat yang dimotori oleh Disbudpar Jabar menyelenggarakan even akbar kejuaraan surfing profesional yang bertajuk "WEST JAVA OPEN 2010". Even yang diselenggarakan pada tanggal 15 - 18 Juli 2010 ini akan dihadiri surfer-surfer terbaik nasional yang memperebutkan total hadiah lebih dari 70 Juta rupiah. Kelas yang akan dipertandingkan meliputi: Pro Open, Master dan Women. Acara akan dibuka langsung oleh Gubernur Jawa Barat Bapak Ahmad Heryawan dan ditutup oleh wakil Gubernur Bapak Dede Yusuf pada hari Minggu,tanggal 18 Juli 2010, disajikan pula hiburan selama even berlangsung penampilan DJ, dancer dan kesenian tradisional yang bertempat di lapangan parkir hotel Augusta Palabuhanratu. Perlombaan ini pun diselenggarakan pula pada tahun 2011 lalu.
3. Surfing At Cimaja
Pantai Cimaja mempunyai panjang pantai sekitar 750 meter, terletak tidak jauh dari pantai Pelabuhan Ratu. Ombak di pantai ini mempunyai ketinggian sampai dengan 2 meter. Pantai yang terletak di wilayah selatan Sukabumi ini bisa digunakan baik oleh surfer pemula maupun yang sudah mahir, bisa dijangkau selama 15 menit dari Palabuhanratu dan berjarak sekitar 120 KM dari Jakarta.Pasirnya yang putih dan bebatuan yang terhampar di pinggir pantai menambah keindahan pantai dan menarik para turis untuk berkunjung kesana. Dengan hamparan batu yang tersebar di bibir pantai Cimaja, pantai ini pantas dijuluki Beach Without San.
Pantai Cimaja sudah bukan nama yang asing bagi para surfer. Cimaja kerap kali dikunjungi surfer lokal dan asing untuk berselancar. Tak salah jika Cimaja masuk dalam jajaran pantai yang memiliki ombak terbaik untuk surfing di Jawa Barat. Orang datang ke Cimaja, karena ombaknya yang bagus dan sangat cocok untuk Surfing. Keunikan pantai Cimaja adalah karakter ombaknya yang hampir menyamai ombak seperti di Bali.
Bentuk pengukuhan diri pantai Cimaja sebagai tempat Surfing di Jabar adalah dengan diselenggarakannya West Java Surfing Competition. Untuk pertama kalinya Pemprov Jawa Barat yang dimotori oleh Disbudpar Jabar menyelenggarakan even akbar kejuaraan surfing profesional yang bertajuk "WEST JAVA OPEN 2010". Even yang diselenggarakan pada tanggal 15 - 18 Juli 2010 ini akan dihadiri surfer-surfer terbaik nasional yang memperebutkan total hadiah lebih dari 70 Juta rupiah. Kelas yang akan dipertandingkan meliputi: Pro Open, Master dan Women. Acara akan dibuka langsung oleh Gubernur Jawa Barat Bapak Ahmad Heryawan dan ditutup oleh wakil Gubernur Bapak Dede Yusuf pada hari Minggu,tanggal 18 Juli 2010, disajikan pula hiburan selama even berlangsung penampilan DJ, dancer dan kesenian tradisional yang bertempat di lapangan parkir hotel Augusta Palabuhanratu. Perlombaan ini pun diselenggarakan pula pada tahun 2011 lalu.
Pantai Cimaja - Sukabumi West Java |
4. Wisata Kesehatan : Geyser Air Panas Cisolok
Objek wisata air panas ini berada di Cisolok, Selatan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Berjarak sekitar 10 km dari Pelabuhan Ratu, tempat ini merupakan sungai dengan mata air panas letupan vulkanis (geyser). Sumber air panas ini tergolong unik, karena letaknya yang dekat pantai, bukan di daerah pegunungan. Jika ingin pergi kesana, anda dapat menyewa angkot karena tidak ada kendaraan umum yang khusus menuju ke sana (cuma ada ojek). Rute umum menuju Cisolok memang dari arah Pelabuhan Ratu ke arah barat. Melewati area wisata pantai Karanghawu, Citepus, Cibangban di pesisir Pelabuhan Ratu. Menurut info jaraknya sekitar 17-20 km. Jalanan menuju pemandian air panas Cisolok relatif kecil dan rusak di beberapa titik, sangat disayangkan memang. Namun, jika sudah sampai disana, pemandangan langka berupa geyser dan aliran sungai serta pemandangan hutan di sekelilingnya akan mengobati perjalanan Anda sebelumnya.
Ketika Anda sampai di pelataran parkir pemandian air panas Cisolok, Anda akan melewati jembatan gantung yang di bawahnya mengalir arus sungai yang cukup deras. Lalu baru lah Anda dapat menjumpai sungai yang indah dengan uap tebal yang menyelimutinya. Di tengah-tengah sungai, air panas menyembur deras dengan suhu 80 derajat celcius. Sungai ini memiliki tiga titik semburan, semua semburan itu sama sekali tidak mengandung belerang. Semua semburan berasal dari geyser, air panas yang melewati lapisan kerak bumi. Keunikan lain yang dapat Anda temukan di sini adalah semburan air panas yang muncul dari dalam tanah. Air panas tersebut memancar keluar dengan tekanan yang cukup tinggi dan berada di tengah-tengah sungai. Tumpukan batu yang telah diatur sedemikian rupa oleh pengelola membuat air yang keluar memancar semakin tinggi.
Jangan coba-coba untuk menaruh tangan di atas semburan air tersebut, karena selain memiliki tenakan yang cukup kencang, air tersebut juga memiliki suhu yang cukup tinggi. Bahkan, tetesan airnya saja dapat membuat pedih di kulit. Dan karena panas ini lah biasanya wisatawan yang berkunjung ke lokasi ini membeli telur untuk dimasak dengan cara merendamnya langsung di sungai dalam waktu yang cukup singkat.
Wisatawan diperbolehkan berendam secara gratis di sungai, namum telah disediakan pula lokasi khusus untuk berenang atau berendam di kolam dengan tarif disesuaikan untuk dewasa dan anak-anak. Untuk menikmati kehangatan berendam dan menikmati pesona alam Cisolok, Anda dapat menjangkaunya dengan kendaraan bermotor selama kurang lebih 3 jam 30 menit atau 165 km dari Kota Bandung.
[Sudah dikelola] Kolam Pemandian Air Panas |
Ada dua kolam renang air panas untuk umum. Kondisinya bisa dibilang kurang terjaga dengan baik. Tidak kotor tapi juga tidak terlalu bersih. Tapi lumayan, masalah klasik pariwisata di Indonesia memang selalu sama. Semua pengunjung bisa merendamkan badannya dimana saja. Bebas tanpa aturan harus memakai baju renang. Perlengkapan mandi juga bisa dibeli di tempat. Jika anda tidak tahan dengan panas di kolam untuk umum, anda dapat memilih mandi di kamar mandi tertutup tanpa berendam dalam bathub. Di antara pemandian air panas yang pernah dikunjungi, Cisolok rasanya yang paling panas. Mandi dengan air panas akan membuat badan letih menjadi lebih segar. Bau belerangnya pun tidak terlalu tercium.
5. Muara Cikaso (Tegal Buleud)
Muara Cikaso, Tegal Buleud Sukabumi, West Java |
Tofografi sungai yang berkelok sebelum menuju laut, memicu terbentuknya danau alam yang cukup luas dan indah. Ibaratnya 'sambil menyelam minum air'; dengan berwisata di muara Cikaso, kita dapat menikmati dua objek sekaligus, yaitu pantai dan situ/danau. Karena cukup luas, danau tersebut dapat kita jelajahi dengan menyewa perahu motor milik masyarakat sekitar. Terbentuknya danau alam di muara Cikaso biasanya terjadi pada saat musim kemarau. Pada kondisi tersebut, ikan-ikan akan terjebak di danau muara Cikaso dan hal ini merupakan berkah tersendiri bagi para nelayan setempat. Wisata Muara Cikaso banyak dikunjungi pada hari Sabtu dan Minggu.
Akses menuju muara sungai Cikaso, biasanya ditempuh melalui jalur darat atau sungai. Jika melalui sungai, kita dapat menyewa perahu motor masyarakat sekitar. Fasilitas dan akses jalan menuju tempat wisata ini masih belum optimal dibangun, seperti belum adanya jalan beraspal dan sanitasi yang baik.
Muara Cikaso |
Akses menuju muara sungai Cikaso, biasanya ditempuh melalui jalur darat atau sungai. Jika melalui sungai, kita dapat menyewa perahu motor masyarakat sekitar. Fasilitas dan akses jalan menuju tempat wisata ini masih belum optimal dibangun, seperti belum adanya jalan beraspal dan sanitasi yang baik.
Selain wisata alam, anda pun dapat mengunjungi tempat pembuatan gula kelapa oleh penduduk sekitar. Disana kita dapat mengetahui proses pembuatan gula kelapa dan jika anda mau, anda dapat membeli gula tersebut sebagai oleh-oleh.
6. Curug Cikaso
Curug Cikaso terletak di daerah Surade Sukabumi, kira-kira delapan jam perjalanan dari Jakarta. Keindahan curug Cikaso sungguh memukau dan pasti menyisakan sesal bagi orang-orang yang tidak mengunjunginya saat berkunjung ke Ujung Genteng. Akses menuju curug Cikaso ini memang tidak mudah, namun dijamin menyenangkan dan penuh petualangan. Akses ke curug Cikaso ditempuh melalui jalur sungai. Anda harus menyewa perahu kayu untuk melanjutkan perjalanan karena curug ini karena Anda tak bisa menempuhnya melalui jalan darat.
Lima sampai sepuluh menit perjalanan melalui sungai akan memberi kesan mendalam. Pada perjalanan anda akan disuguhkan pemandangan hutan tropis di kiri dan kanan sungai. Lalu lalang perahu lain pun dapat menjadi pemandangan menarik bagi Anda. Air sungai berwarna hijau toska ini mirip dengan sungai Green Canyon yang ada di Pangandaran Ciamis. bahkan tidak kalah indah lo.
Setelah turun dari perahu, Anda harus berjalan beberapa puluh meter sebelum pemandangan magis itu terlihat. Tiga buah air terjun besar terpampang akan Anda temui. Masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda, ketiga-tiganya memiliki keindahan yang sama. Bukit-bukit hijau di sekelilingnya seperti memeluk setiap orang yang memasukinya.
Air Terjun/Curug Cikaso |
Batu-batuan dari berbagai ukuran (mulai dari kerikil hingga sebesar mobil) terlihat berserakan, menyembul ke permukaan air yang berwarna hijau toska terlihat hangat harmonis. Jika Anda punya nyali, Anda bisa terjun dari batu-batuan tersebut. Setelah itu, nikmati pemandangan eksotis dari bawah terjangan air terjun yang serasa memijat tubuh. Deburan air di bebatuan menghadirkan 'nyanyian' yang menenangkan jiwa setiap yang mengunjungi Curug Cikaso.
7. Wisata Budaya Desa Adat Cipta Gelar
Secara administratif, Kampung Ciptagelar berada di wilayah Kampung Sukamulya Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Jarak Kampung Ciptagelar dari Desa Sirnaresmi adalah 14 Km, dari kota kecamatan 27 Km, dari pusat pemerintahan Kabupaten Sukabumi 103 Km dan dari Bandung 203 Km ke arah Barat. Kampung Ciptagelar dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat (mobil) dan roda dua (motor). Jenis kendaraan roda empat harus mempunyai persyaratan khusus, yakni mempunyai ketinggian badan cukup tinggi di atas tanah serta dalam kondisi prima. Apabila tidak mempunyai persyaratan yang dimaksud kecil kemungkinan kendaraan tersebut sampai ke lokasi. Dan umumnya mobil-mobil demikian hanya sampai di kantor Desa Sirnaresmi yang sekaligus merupakan tempat parkirnya. Selebihnya menggunakan kendaraan ojeg atau mobil umum (jenis jeep) yang hanya ada sewaktu-waktu atau berjalan kaki.
Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar adalah sebuah kampung adat yang mempunyai ciri khas dalam lokasi dan bentuk rumah serta tradisi yang masih dipegang kuat oleh masyarakat pendukungnya. Masyarakat yang tinggal di Kampung Ciptagelar disebut masyarakat kasepuhan. Istilah kasepuhan berasal dari kata sepuh yang berarti 'kolot' atau 'tua' dalam bahasa Indonesia.
Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar merupakan nama baru untuk Kampung Ciptarasa. Sejak tahun 2001, sekitar bulan Juli, Kampung Ciptarasa yang berasal dari Desa Sirnarasa melakukan "hijrah wangsit" ke Desa Sirnaresmi yang berjarak belasan kilometer. Di desa inilah, tepatnya di Kampung Sukamulya, Abah Anom atau Bapa Encup Sucipta sebagai puncak pimpinan kampung adat memberi nama Ciptagelar sebagai tempat pindahnya yang baru. Ciptagelar artinya terbuka atau pasrah. Kepindahan Kampung Ciptarasa ke kampung Ciptagelar lebih disebabkan karena "perintah leluhur" yang disebut wangsit. Wangsit ini diperoleh atau diterima oleh Abah Anom setelah melalui proses ritual beliau yang hasilnya tidak boleh tidak, mesti dilakukan.
Oleh karena itulah perpindahan kampung adat bagi warga Ciptagelar merupakan bentuk kesetiaan dan kepatuhan kepada leluhurnya. Masyarakat atau warga Kampung Ciptagelar sebenarnya tidak terbatas di kampung tesebut saja tetapi bermukim secara tersebar di sekitar daerah Banten, Bogor, dan Sukabumi Selatan. Namun demikian sebagai tempat rujukannya, "pusat pemerintahannya" adalah Kampung Gede, yang dihuni oleh Sesepuh Girang (pemimpin adat), Baris Kolot (para pembantu Sesepuh Girang) dan masyarakat Kasepuhan Ciptagelar yang ingin tinggal sekampung dengan pemimpin adatnya. Kampung Gede adalah sebuah kampung adat karena eksistensinya masih dilingkupi oleh tradisi atau aturan adat warisan leluhur.
Salah satu upacara adat di Kasepuhan Ciptagelar Kec. Cikakak Kab. Sukabumi adalah upacara seren taun. Desa adat Ciptagelar berada di belakang Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) yang dapat Anda tempuh melalui beberapa jalur. Jalur Parungkuda-Kalapanunggal-Kabandungan-Cipeutey, Sukabumi via TNGHS ( lewat hutan ) dengan berjalan kaki, motor trail atau sepeda gunung. Anda bisa juga melewati Palabuhanratu, masuk ke jalan Cikakak, akses jalan masuk dari belakang Samudera Beach Hotel (SBH).
Perjalanan dari kota Sukabumi ke lokasi desa adat memakai kendaraan offroad rata-rata diperlukan waktu 5 jam dalam kondisi jalan dan cuaca baik. Perjalanan mulai dari kota Sukabumi ke arah Palabuhanratu (ibu kota Kab. Sukabumi). Setelah sampai di sekitar Samudera Beach Hotel (atau Inna Beach hotel), terdapat pertigaan ke arah Cikakak (Cikakak merupakan penghasil durian dan buah-buahan terbaik di Palabuhanratu, diantaranya adalah durian gandaria). Di tengah-tengah perjalan kesana, anda akan melewati Situs Cengkuk, yaitu situs purbakala dengan peninggalan terbanyak/terkomplit sesuai masa-masanya (ada peninggalan masa purbakala, masa China, masa Hindu, masa Budha dan masa Kerajaan). Situs ini terletak kurang lebih 2 km dari pertigaan jalan utama Cikakak.
Beberapa kilometer setelah itu, Anda akan memasuki pintu gerbang Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Semakin menjauh berkendara, jalanan akan berganti menjadi jalanan batu. Berkendara beberapa km lagi, Anda akan sampai di sebuah desa adat Ciptarasa. Di sana Anda dapat beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan ke desa adat Ciptagelar.
Dari desa Ciptarasa, perjalanan akan dilanjutkan menuju Hutan Larangan, area dimana kita akan menembus hutan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, jalanan terjal tanah dan berbatu. Kurang lebih 10 Km lagi, setelah melewati hutan, jalanan terjal, turunan dan tanjaka dan pemandangan hutan di gunung tersebut; Anda akan sampai di desa adat Ciptagelar tujuan utama menyaksikan upacara adat Seren Taun.
Upacara Seren Taun digelar masyarakat adat Banten Kidul sebagai ungkapan syukur atas keberhasilan panen. Setiap tahun, biasanya seremoni itu diselenggarakan satu kali, sekitar bulan Agustus. Yang disebut komunitas adat Banten Kidul sendiri luas wilayahnya tak main-main. Mulai dari Sukabumi, Bogor, hingga Pandeglang. Pusat Kasepuhan Banten Kidul ini berada di ketinggian sekitar 1200 meter dari permukaan laut.
Perjalanan dari kota Sukabumi ke lokasi desa adat memakai kendaraan offroad rata-rata diperlukan waktu 5 jam dalam kondisi jalan dan cuaca baik. Perjalanan mulai dari kota Sukabumi ke arah Palabuhanratu (ibu kota Kab. Sukabumi). Setelah sampai di sekitar Samudera Beach Hotel (atau Inna Beach hotel), terdapat pertigaan ke arah Cikakak (Cikakak merupakan penghasil durian dan buah-buahan terbaik di Palabuhanratu, diantaranya adalah durian gandaria). Di tengah-tengah perjalan kesana, anda akan melewati Situs Cengkuk, yaitu situs purbakala dengan peninggalan terbanyak/terkomplit sesuai masa-masanya (ada peninggalan masa purbakala, masa China, masa Hindu, masa Budha dan masa Kerajaan). Situs ini terletak kurang lebih 2 km dari pertigaan jalan utama Cikakak.
Beberapa kilometer setelah itu, Anda akan memasuki pintu gerbang Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Semakin menjauh berkendara, jalanan akan berganti menjadi jalanan batu. Berkendara beberapa km lagi, Anda akan sampai di sebuah desa adat Ciptarasa. Di sana Anda dapat beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan ke desa adat Ciptagelar.
Dari desa Ciptarasa, perjalanan akan dilanjutkan menuju Hutan Larangan, area dimana kita akan menembus hutan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, jalanan terjal tanah dan berbatu. Kurang lebih 10 Km lagi, setelah melewati hutan, jalanan terjal, turunan dan tanjaka dan pemandangan hutan di gunung tersebut; Anda akan sampai di desa adat Ciptagelar tujuan utama menyaksikan upacara adat Seren Taun.
Upacara Seren Taun digelar masyarakat adat Banten Kidul sebagai ungkapan syukur atas keberhasilan panen. Setiap tahun, biasanya seremoni itu diselenggarakan satu kali, sekitar bulan Agustus. Yang disebut komunitas adat Banten Kidul sendiri luas wilayahnya tak main-main. Mulai dari Sukabumi, Bogor, hingga Pandeglang. Pusat Kasepuhan Banten Kidul ini berada di ketinggian sekitar 1200 meter dari permukaan laut.
Kampung ini terbaring di sebuah lembah kecil di tengah-tengah perbukitan terjal. Ada ratusan rumah penduduk di sana. Bentukan rumah, juga lokasinya, sangat khas. Lumbung padi ada di banyak titik, menandakan pertanian padi adalah hal yang utama dalam kehidupan masyarakat setempat. Di tempat ini hutan dibagi ke dalam tiga jenis. Yang pertama hutan primer yang biasa disebut Leuweng kolot. Lalu ada Leuweng titipan alias hutan keramat–pemanfataannya harus seizin Abah. Terakhir, Leuweng sumpalan (hutan bukaan) yang boleh dibuka untuk kebutuhan warga kasepuhan.
Berwisata seperti ini jenisnya disebut ecotourism alias wisata ekologi. Alam beserta segala isinya, lingkungan, serta kehidupan tradisional di tempat tujuan menjadi daya tarik utama. Jadi, tidak seperti wisata konvensional yang identik dengan fasilitas akomodasi nyaman, transportasi ber-AC, dan makanan dengan menu mewah. Disini Anda akan diajak berbaur dengan alam dan adat masyarakat Kasepuhan Banten.
8. Situs Purbakala Cengkuk
Situs Megalitik Tugu Cengkuk Gede adalah Situs Purbakala berbentuk Tugu/Tiang Batu besar dengan ketinggian sekitar empat meter. Situs megalitik Tugu Cengkuk ini terletak di Kampung Cengkuk, Desa Margalaksana Kecamatan Cikakak, Sukabumi Jawa Barat. Beraneka macam jenis benda-benda purbakala telah banyak di ketemukan di tempat ini, di antaranya adalah Genta/Lonceng, Arca Shiva, Batu Congklak dengan 10 lubang di atasnya, Batu besar berbentuk segi empat ini dengan ukuran tinggi kira – kira 1 meter, panjang 2 m dan lebar 1.50 m. Ada pula punden berundak serta 2 buah batu berbentuk seperti Bathtub (Bak mandi) yang berfungsi sebagai sarana tempat Pemandian Jenazah, gerabah, dolmen, menhir berukuran 4 meter, yang diduga dijadikan tempat pemujaan. Selai itu, ditemukan pula Candi perunggu berukuran mini dan batu segiempat yang dijadikan tempat permandian serta dakon
Menurut Kepala Seksi Musium dan Benda Kepurbakalaan Kabupaten Sukabumi, Abdul Rahman, benda-benda peninggalan megalitik ini berusia ratusan ribu tahun, sebelum pra sejarah. Batu dolmen diperkirakan digunakan untuk tempat penguburan, sementara batu besar yang berisi 10 lubang diperkirakan dijadikan untuk menumbuk padi., batu yang berisi sebuah lubang yang diperkirakan dijadikan penumbukan padi. Selain itu, ditemukan foto lokasi peribadatan yang tertuang dalam batu besar.
Sementara itu, menurut Kepala Subdinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sukabumi, Anyung Nurhayati, situs cengkuk ini diperkirakan akan menjadi situs purbakala terbesar di Indonesia. Situs ini pertama kali ditemukan oleh warga Belanda pada tahun 1883. Kemudian ditemukan kembali di tempat tak jauh dari temuan pertama pada tahun 1992 ditemukan sebuah patung. Pada 25 September 2005 ditemukan kembali sebuah arca.
Batu Congklak |
Benda-benda yang ditemukan secara tidak sengaja pada tahun 2008 antara lain pipa rokok, gentong dari tanah, dan mangkuk dari porselen. Sebelumnya, di situs itu, tahun 2007 ditemukan genta dari perunggu dengan ukiran motif India, cawan tempat perhiasan, potongan patung kaki burung dari emas, dan potongan patung dewa syiwa. Benda-benda tersebut bukan peninggalan zaman megalitik, yang berarti kehidupan masyarakat terus berlanjut di sekitar Situs Cengkuk.
Pada zaman kolonial Belanda, di kawasan tersebut ditemukan sejumlah batu besar yang diduga untuk kegiatan ritual peninggalan zaman megalitik. Benda-benda tersebut tersebar di lahan seluas dua hektar.
Hasil penemuan dua tahun terakhir ini, kata Nurhayati, makin menegaskan bahwa Cengkuk pernah menjadi pusat budaya pada zamannya. Pipa rokok yang baru saja ditemukan, misalnya, berbahan baku tanah keras dengan lubang sebesar ibu jari orang dewasa. Pipa rokok itu memiliki panjang 20 sentimeter dan ditemukan pada kedalaman sekitar 20 sentimeter dari permukaan tanah. Adapun tempayan yang ditemukan tingginya sekitar 60 sentimeter, lebar bagian leher sekitar 15 cm, lebar tengah 60 cm, dan lebar dasar 20 cm. Adapun mangkuk utuh dan serpihan berwarna keungu-unguan motif China serta tiga lonceng perunggu bermotif ukiran India menunjukkan masyarakat sekitar Situs Cengkuk dulu sudah berinteraksi dengan masyarakat luar.
Hasil penemuan dua tahun terakhir ini, kata Nurhayati, makin menegaskan bahwa Cengkuk pernah menjadi pusat budaya pada zamannya. Pipa rokok yang baru saja ditemukan, misalnya, berbahan baku tanah keras dengan lubang sebesar ibu jari orang dewasa. Pipa rokok itu memiliki panjang 20 sentimeter dan ditemukan pada kedalaman sekitar 20 sentimeter dari permukaan tanah. Adapun tempayan yang ditemukan tingginya sekitar 60 sentimeter, lebar bagian leher sekitar 15 cm, lebar tengah 60 cm, dan lebar dasar 20 cm. Adapun mangkuk utuh dan serpihan berwarna keungu-unguan motif China serta tiga lonceng perunggu bermotif ukiran India menunjukkan masyarakat sekitar Situs Cengkuk dulu sudah berinteraksi dengan masyarakat luar.
9. Curug Cigangsa Surade
Curug Cigangsa terletak di Desa Batusuhunan/Pasiripis, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Peta dan Koordinat GPS: 7° 19' 35.36" S 106° 32' 35.54" E . Curug Cigangsa berjarak sekitar 110 Km kearah selatan kota Sukabum atau 1 km dari kecamatan Surade. Jika dari Curug Cikaso sekitar hanya 10 km dengan memakan waktu sekitar ± 30 menit dengan berjalan kaki. Untuk mencapai lokasi ini cukup sulit karena harus melewati jalan setapak yang jalanannya cukup menantang dan menyebrangi sungai yang airnya cukup deras.
Curug Cigangsa terdiri dari dua tingkat dan diperkirakan terbentuk akibat gempa yang cukup kuat sehingga mengakibatkan longsor. Curug ini memiliki debit air yang kecil, hal ini dikarenakan di bagian hulunya dibendung untuk keperluan irigasi. Keunikan Curug Cigangsa adalah dinding batunya berwarna kehitaman sebagai landasan air mengalir. Disekitar lokasi ini terdapat sebuah batu. Batu ini oleh masyarakat setempat menyebutnya dengan batu Masigit, atau Batu Masjid, barangkali karena bentuknya. Di Curug Cigangsa ini pengunjung dapat menikmati keindahan curug dari dua arah, yaitu dari atas dan bawah.
Nama Curug Cigangsa atau air terjeun Cigangsa diambil dari kata Gangsa. 'Ci' berarti air dan Gangsa merupakan nama seorang Eyang yaitu Eyang Gangsa. Jika saat ini dijjadikan tempat wisata, sebetulnya semasa penjajahan Belanda tempat ini kerap kali dijadikan tempat persembunyian para pejuang. Di kawasan ini juga terdapat Curug Ciruti yang mana membutuhkan waktu sekitar 1/2 jam perjalanan dari Curug Cigangsa.
Curug Cigangsa dapat ditempuh melalui pertigaan tugu kota Surade. Untuk sampai ke lokasi, tidak ada tanda arah sama sekali. Kendaraan berhenti dan diparkir di salah satu rumah warga. Selanjutnya ditempuh dengan berjalan kaki menyusuri pematang sawah dan menyeberangi sungai menuju lokasi curug dengan waktu tempuh sekitar 10 menit sampai di bagian atas Curug Cigangsa. Bila ingin menikmati keindahannya dari bawah tebing harus menuruni lereng yang cukup curam dengan kondisi jalan yang licin dan becek. Waktu yang dibutuhkan untuk turun ke bawah sekitar 20 menit.
10. Gua Buniayu
Gua Buniayu, sebuah gua wisata yang cukup terkenal di Sukabumi ini. Gua Buniayu merupakan salah satu contoh bagaimana sebuah wisata gua dikelola dengan profesional. Gua ini sangat mudah dicapai, setelah sampai di Sukabumi ada bisa langsung menuju ke arah Sagaranten. Setelah sampai di Nyalindung, anda akan menemui pertigaan ke arah Nyalindung dan Sagaranten. Di pertigaan tersebut, anda harus memilih jalur Sagaranten. Setelah sekitar 1,5 km, ada akan sampai di pintu gerbang Gua Buniayu. Gua Buniayau terletak sekitar 500 meter dari gerbang masuk.
Gua ini terletak di Desa Kertanagsana Kecamatan Nyalindung di ketinggian sekitar 800 m, cukup tinggi buat sebuah kawasan karst. Di sana juga tersedia akomodasi yang cukup nyaman dan cukup terjangkau buat yang berkantong pas-pasan. Untuk Anda yang tidak mempunyai alat penelusuran gua, jangan khawatir karena anda bisa sewa alat lengkap di sana. Buat yang suka berpetualang juga tersedia jalur wisata khusus yang harus menuruni tali menggunakan SRT. Jangan ragu, anda akan didampingi oleh guide yang cukup profesional dan meyakinkan.
Gua ini dikelola oleh Perhutani dan untuk anda yang berminat bisa langsung datang ke lokasi. Masuk gua ini, anda akan disuguhi pemandangan berbagai ornamen gua yang sangat indah dan juga berbagai jenis hewan yang sangat menarik dari yang kecil sampai kelelawar yang besar. Kalau anda senang tinggal bersama penduduk setempat, di kawasan buniayu terdapat satu rumah dengan kamar berjumlah 2 dan satu tempat tidur yang di luar kamar dan kapasitas bisa untuk 7-10 orang.
Posting Komentar untuk "SUKABUMI, The Next Tourism Destination Part 1"
Terima kasih sudah berkunjung